BUKU MONOGRAF ??
BUKU MONOGRAF ??
Monografi—sering dieja secara tidak baku menjadi monograf—merupakan salah satu jenis buku ilmiah.
Definisi monografi yang kini banyak bertebaran tampaknya mengutip Jacob, seorang leksikografer yang menyusun A Pocket Dictionary of Publishing Term, diterbitkan tahun 1976.
Jacob menjelaskan bahwa monografi merupakan sebutan lain buku yang digunakan untuk membedakan dengan terbitan berkala (koran, majalah, buletin, dsb.). Monografi berisi satu topik atau sejumlah topik yang saling berhubungan (dalam satu subjek) dan biasanya ditulis oleh satu orang. Tambahan lagi, monografi
merupakan terbitan tunggal dalam satu jilid yang tidak berkelanjutan.
Jadi, sebenarnya monografi awalnya menjadi sebutan untuk buku di kalangan masyarakat ilmiah demi membedakannya dengan terbitan berkala, seperti koran, majalah, dan jurnal. Berdasarkan asal -usul kata, monograph berasal dari ba hasa Yunani. Kata mono berarti tunggal atau satu dan grapho berarti menulis.
Monograph berarti menulis dalam satu subyek atau satu topik, dan “biasanya” ditulis oleh satu orang.
Berikut ini penjelasan monografi versi PPI 2019, DIKTI
Monograf adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang sub stansi pembahasannya hanya pada 1 topik dalam satu bidang ilmu. Monograf merupakan tulisan tentang satu subyek, biasanya oleh penulis tunggal dan
dibedakan dari jurnal yang terbit secara berkala. Monographic series diterbitkan berseri, biasanya oleh himpunan profesi dari kegiatan seminar (seperti prosiding). Isi tulisan harus memenuhi syarat- syarat sebuah
karya ilmiah yang utuh, yaitu ada rumusan ma salah yang mengandung nilai kebaruan (novelty), metode pemeca han masalah, dukungan data atau teori mutakhir yang lengkap dan jelas, serta ada kesimpulan dan
daftar pustaka (Lukman dkk. 2019, 73). Berikut ini penjelasan monografi versi POPAK 2019, Dikti.
Monograf adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku (ber ISSN/ISBN) yang substansi pembahasannya hanya pada satu topik/hal dalam suatu bidang ilmu kompetensi penulis. Isi tulisan harus memenuhi syarat -syarat sebuah karya ilmiah yang utuh, yaitu ada nya rumusan masalah yang mengandung nilai kebaruan (novelty/ies), metodologi pemcahan masalah, dukungan data atau teori mutakhir yang lengkap dan jelas, serta ada kesimpulan dan daftar pustaka yang menunjukkan rekam jejak kompetensi penulis.
Dua penjelasan dari Dikti itu mirip. Ia mengandung kata kunci satu topik yang terkait dengan latar belakang keilmuan penulis. Materi monografi harus memenuhi syarat-syarat sebuah karya ilmiah yang utuh seperti halnya terdapat pada karya kesarjanaan (skripsi, tesis, disertasi) atau karya hasil penelitian secara umum.
Bagaimana? Apakah Anda sudah cukup clear dengan ciri monografi?
Sebagaimana buku maka monografi dibagi atas bab. Anda dapat menyusun bab monografi layaknya KTI biasa, seperti ini:
Bab 1 Pendahuluan;
Bab 2 Kajian Literatur;
Bab 3 Metode Penelitian;
Bab 4 Hasil dan Pembahasan; dan
Bab 5 Simpulan.
Namun, model ini masih setali tiga uang dengan KTI nonbuku seperti skripsi/tesis/disertasi. Anda dapat merancang model yang lebih bebas. Perhatikan Gambar 1, contoh daftar isi monografi karya Andri Kutsyk berjudul Social Networks and Messengers in Public and Personal Dimensions yang tidak terlalu iden tik dengan
sistematika makalah/artikel ilmiah (Kutsyk 2021).
Apakah boleh menulis monografi seperti itu?
Ya, tentu boleh. Hanya ada ciri yang terlihat, seperti ada prakata, ucapan terima kasih, introduksi (sering juga disajikan sebagai abstrak), bab, simpulan, referensi, dan lampiran (opsional).
Dengan demikian, simpulan ciri monografi sebagai berikut.
Monografi ditujukan untuk pembaca sasaran dari kalangan akademisi dan peneliti serta
umumnya mahasiswa S-2 dan S-3. Namun, bukan berarti monografi tidak dapat dibaca
oleh mahasiswa S-1 atau praktisi. Hanya pembahasan yang spesifik dan mendalam
serta menggunakan ragam istilah keilmuan menyebabkan monografi sulit dibaca oleh
pembaca dengan keterbatasan pengetahuan karena belum mencapai level yang mumpuni
di bidang kelimuan tersebut.
Monografi harus disusun oleh dosen/pakar yang memiliki latar belakang keilmuan linear dengan bidang ilmu yang dibahas di dalam monografi. Melalui penulisan monografi, penulis mengukuhkan kepakarannya agar diakui oleh sejawat, lembaga, dan kalangan akademisi/peneliti secara umum.
Monografi sebaiknya ditulis oleh penulis tunggal meskipun tidak ada ketentuan di Dikti bahwa tidak diperbolehkan menulis secara kolaboratif.
Monografi diterbitkan oleh penerbit buku resmi (berbadan usaha/hukum, anggota Ikapi,
anggota ISBN internasional, dan berpengalaman menerbitkan buku ilmiah) atau monografi dapat juga diterbitkan oleh penerbit jurnal ilmiah.
Monografi mengangkat satu topik permasalahan yang khas, biasanya sangat ceruk (niche) dalam satu bidang keilmuan yang menjadi kepakaran penulis.
Karena itu, mutlak monografi ditulis berdasarkan hasil penelitian penulis dengan mempertimbangkan kebaruan penelitian (novelty). Hal ini akan menjadi fokus
awal penilaian monografi.
Monografi sejatinya dapat dikonversi dari laporan hasil penelitian dan artikel/makalah ilmiah yang telah dipublikasikan, termasuk juga dari tesis/disertasi. Namun, konversi,dari karya kesarjanaan tidak diterima dalam penilaian Dikti.
Monografi harus mengandung bagian awal,yaitu prakata serta introduksi/abstrak yang bukan termasuk bab. Di dalam prakata disebutkan bahwa jenis buku adalah monografi berdasarkan hasil penelitian (sebutkan penelitiannya). Jika monografi dikonversi dari artikel/makalah yang sudah dipublikasikan sebelumnya, sebutkan di dalam prakata.
Bagian isi monografi dibagi atas bab, subbab, dan sub-subbab. Bab terdiri atas
latar belakang permasalahan dan rumusan permasalahan; tinjauan/kajian literatur;
metode penelitian dan pemecahan masalah; hasil dan pembahasan.
Penjudulan bab tidak harus kaku. Bobot tiap bab tidak harus sama. Bagian akhir terdiri atas simpulan (kedudukannya seperti abstrak, bukan termasuk bab), lampiran (opsional), glosarium, daftar rujukan/referensi (bukan daftar pustaka), dan indeks.
Daftar rujukan/referensi berbeda dengan daftar pustaka meskipun Dikti menggunakan istilah daftar pustaka untuk monografi. Selayaknya, monografi menggunakan daftar rujukan/referensi, yakni semua sumber yang ada di dalam daftar wajib dirujuk di dalam teks. Di dalam daftar rujukan/referensi harus ada karya penulis sendiri yang digunakan sebagai sumber dan dikutip di dalam teks (disitasi)sebagai pemenuhan daftar pustaka yang menunjukkan rekam jejak kompetensi penulis. Karya sendiri yang dikutip harus relevan dan jumlahnya tidak lebih dari 30% keseluruhan sumber.